Generasi adalah kisah yang terus-menerus berlanjut dalam evlousi dan peradaban manusia. Namun dalam catatan panjang buku sejarah peradaban manusia ini ada satu tajuk yang perlu rasanya untuk di eksplorasi lebih dalam, mengingat fenomena-fenomena paradoks yang terjadi di zaman sekarang ini, khususnya dalam lingkungan dunia Pendidikan.
“Generation Gap”, atau kesenjangan antar generasi merupakan pokok daripada ketimpangan sosial yang terjadi di berbagai tempat. curam nya kesenjangan menjadi semakin tajam seiring cepatnya digitalisasi dan disrupsi. Sebuah fenomena sosial tidak hanya akan berpengaruh kepada manusia yang ada didalamnya entah tua ataupun muda, tetapi akan membentuk landasan untuk memahami lebih dalam bagaimana masyarakat berubah dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Setiap generasi membawa cirikhasnya masing-masing. mulai dari baby boomers sampai dengan generasi aplha, satu dan yang lainnya memiliki riwayat dan pengalaman hidup yang berbeda. kemudain perbedaan-perbedaan ini terakumulasi menjadi suatu sikap, nilai, hingga cara pandang terhadap perubahan dan dunia.
- Akarnya dalam perubahan sosial pendidikan
Generation gap tidak hanya sebatas apa yang dipahami orang tua terhadap anak muda, tidak hanya sebatas apa yang dipahami guru terhadap anak didiknya atau sebaliknya. Ini juga mencerminkan perubahan sosial yang tajam dalam lingkungan pendidikan. misalkan, nilai-nilai konservatif yang bersifat luhur tergantikan oleh nilai-nilai liberal yang bersifat egaliter. Cara seorang murid bertanya kepada gurunya, atau bahkan cara berkomunikasi antara guru dengan civitas pendidikan dengan usia yang berbeda.
- Teknologi sebagai pemisah sekaligus penghubung
Salah satu perbedaan paling kontras dalam pemahaman, pemanfaatan, dan penggunaan teknologi. guru yang lebih tua secara usia akan mengalami hambatan sosial dalam mempelajari dan menggunakan teknologi dibandingkan dengan generasi muda yang cenderung adaptif dan secara alami menyatu dengan teknologi. Melihat tuntutan dunia yang secara umum mengharuskan perubahan yang mengarah kepada digitalisasi, teknologi yang sekilas terlihat memisahkan generasi, sebenarnya bisa dioptimalkan untuk menghubungkan setiap generasi. Dengan prinsip keterbukaan dan etos belajar yang tinggi, teknologi bisa difungsikan untuk mentransformasikan nilai-nilai luhur yang tergerus liberalisasi. Generasi tua tidak boleh tertutup dan konservatif terhadap teknologi, yang muda pun harus memulai variasi dalam berteknologi berdasarkan nilai-nilai luhur.
- Harmoni dalam perbedaan
Perbedaan antar generasi acap kali menimbulkan konflik, mulai konflik yang sifatnya sederhana sampai dengan konflik yang bersifat kompleks. yang perlu diingat, dalam sebuah buku karya Youval Nouah Harari, dijelaskan bahwa konflik dan perbedaan adalah proses alami dalam evolusi manusia. menjadi penting dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah, bahwa keterbukaan dan penghargaan terhadap perspektif dan cara pandang menjadi variabel unik yang ditawarkan tiap generasi.
Ketika mampu menelaah dan memahami variasi sudut pandang antara guru dan murid, antara yang lebih tua dan lebih muda, maka hal tersebut pula akan menjadi kunci keharmonisan antar generasi.
Generation gap tidak boleh hanya kita maknai dengan sempit akal sebagai pemisah antara generasi. Generation gap ini mampu kita sikapi sebagai peluang untuk menumbuhkembangkan pembelajaran, membuat model dan metode-metode baru, bahkan membuat inovasi pembelajaran baru. Daya rengkuh dan rangkulan keterbukaan antar generasi, akan mampu menjadi jembatan antara masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
Penulis – Agam S